CERITA DEWASA | MAIN TOGEL ONLINE
((SWEDISH , SYDNEY , SINGAPORE , VIENTIANE , HONGKONG , ECUADOR))
MAIN TOGEL ONLINE
janda beranak tiga, sudah 11 tahun dicerai oleh suaminya.
Dia bekerja sebagai pedagang keliling dengan membawa dagangannya. Awalnya dia
naik sepeda motor, sampai dia mampu menyekolahkan dan menikahkan ketiga anaknya
dan semua sudah berpisah dengannya. Berkat kerja kerasnya, dia mampu membeli
sebuah mobil Suzuki Carry.
Bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk membawa barang
daganganya. Setiap hari dia pergi ke berbagai tempat sesuai harinya, mulai
pasar senenan, pasar selasaan, pasar reboan, kamisan dan sebagainya. Hanya
minggu dia beristirahat dan bisa berleha-leha. Tapi juga tidak santai betul
karena tetap harus mempersiapkan barang dagangan yang berupa pakaian jadi untuk
dijual keesokan harinya. Sejak dia menjanda dan anak-anaknya masih kecil-kecil,
beberapa tetangga selalu mencibirnya. Janda genit lah, janda gatal lah. Harus
hati-hati, karena Rukiah digambarkan akan mengganggu rumah tangga mereka.
Rukiah ditakutkan akan menggoda suami mereka, karena butuh
uang atau butuh seka. Sakit sekali hati Rukiah mendengar gosip-gosip itu. Namun
dia tetap tabah dan sabar, walau dendam di dadanya semakin lama semakin
berkarat. Dalam usianya yang 40 tahun, dia semakin matang dan dandanannya tetap
cantik, dia memang selalu menjaga dirinya tetap cantik. Rukiah selalu
berpenampilan bersih karena dia seorang pedagang, jadi harus selalu tampil
dengan bersih dan rapi.
Cemoohan semakin menjadi-jadi atas dirinya, namun Rukiah
selalu menebar senyum, membuat tetangganya semakin kepanasan, terlebih setelah
dia membawa mobil sendiri dan jika di rumah, dia suka memakai daster yang sexy.
Ada para tetangga yang sama seperti dia, menjanda karena dicerai oleh suami,
bahkan ada yang karena suami mereka meninggal dunia. Satu-persatu mereka mulai
mendekat pada Rukiah, karena kesusahan hidup. Dengan tajam, Rukiah sesekali
menyindir juga.
“Kenapa tidak bergenit-genit aja, Bu. Cari laki-laki di
luar, bisa dapat duit!” kata Rukiah kepada Bu Neneng yang pernah mengatakan
demikian kepadanya.
“Kan lebih enak menggoda suami orang, dapat duitnya dapat
kontolnya,” kata Rukiah pula kepada Bu Teteh, ketika Bu Teteh meminjam uang
kepadanya.
Ucapannya itu sengaja dikembalikan Rukiah sebagai imbalan
sakit hatinya. Akhirnya Bu Teteh belum juga mengembalikan uang pinjamannya.
Atas kesepakatan bersama, anak Bu Teteh, Sabirin, yang baru saja selesai ujian
SMA, menjadi pembantu Rukiah mengangkati barang-barang, memajang pakaian dan
menutup dagangan. Kepada Sabirin akan diberikan gaji Rp. 15.000,- perhari plus
dapat makan dan minum, sementara Rp. 10.000,- perhari dipotong untuk pembayar
hutang Bu Teteh.
Bu Teteh sangat setuju dengan usul itu dan Sabirin juga
setuju. Hari pertama, Sabirin sudah sampai di rumah Rukiah untuk membantu
mengangkati barang-barang naik ke atas mobil Suzuki Carry, kemudian mereka
berangkat dan Sabirin harus menurunkan barang dan memajangnya. Setelah semua
siap sesuai apa yang diajarkan Rukiah, Sabirin boleh duduk-duduk. Jadi menurut
Sabirin, kerjanya sangat enteng dan enak, dan dapat duit lagi. Sabirin merasa
enak dagang bersama Rukiah. Baru tiga hari mereka jalan bersama, kelihatan
keduanya sudah semakin akrab dan semakin dekat.
Rukiah mulai memancing mengucapkan kata-kata agak kotor dan
menjurus porno. Mulanya Sabirin agak kikuk juga, lama kelamaan jadi biasa dan
membalas dengan ucapan porno juga.
“Ah, kamu hanya ngomong doang. Bisa-bisa penismu juga hanya
sebesar kelingking,” pancing Rukiah lebih berani.
Sabirin merasa terhina dan membuka resleting celananya,
memamerkan kontolnya yang belum menegang penuh, sementara mobil terus berjalan
menuju pulang.
“Kalau hanya segitu gedenya, mana bisa aku puas kalau
seandainya kamu entot,” kata Rukiah sembari tertawa kecil. “Ini kan belum
digedein,” kata Sabirin.
“Coba digedein, aku mau lihat apa nanti bisa pas sama
punyaku apa tidak,” pancing Rukiah pula.
Sabirin mulai mengelus-elus kontolnya. Saat mengoper
persneling, Rukiah sempat mengelus dan memegang kontol Sabirin, membuat Sabirin
menjadi horny dan kontolnya semakin mengeras tajam. “Nih, udah gede kan?” kata
Sabirin bangga. Rukiah melihat ke arah kontol itu dan berkata,
“Apa tahan lama kalau dimasukin ke aku punya? Aku takut
belum apa-apa, kamu udah muntah… hihihi.” Rukiah semakin berani.
“Aku yakin pasti pas,” kata Sabirin menirukan iklan
Pertamina. Keduanya tertawa.
“Aku ingin cepat sampai di rumah dan kamu harus buktikan.”
Rukiah mulai memberi ultimatum.
“Boleh. Siapa takut?” Sabirin menjawab tantangannya.
Rukiah tersenyum. Kalau ibu Sabirin mengejeknya mau merebut
suaminya, kini malah anaknya yang akan dia pakai. Rukiah pun mempercepat laju
kendaraannya. Sebenarnya melihat batang Sabirin, dia sendiri sudah basah dan
horny. Begitu mendekati rumah, mobil segera ia arahkan langsung ke garasi. Dia
perintahkan Sabirin cepat membuka gerbang. Setelah mobil masuk, Sabirin
secepatnya menutup gerbang dan menutu pintu garasi. Sabirin pun bersiap-siap.
Mesin dimatikan, Rukiah langsung menyergap Sabirin, memeluknya, dan membisikkan
sebuah kata ke telinga pemuda itu.
“Hayo, buktikan ucapanmu tadi!” kata Rukiah, lalu dia
menyerbu bibir Sabirin dengan mulutnya. Mereka berciuman, juga saling raba dan
saling remas.
Perlahan Rukiah melepas celana Sabirin, lalu melepas celana
jeans yang dipakainya sendiri, sekaligus celana dalamnya. Mereka sudah setengah
bugil. Dengan ganas Sabirin menidurkan Rukiah di lantai.
“Aku mau diapain?” Rukiah pura-pura tak mengerti, walau
dalam hatinya tersenyum. Sabirin diam saja.
Setelah Rukiah terlentang, Sabirin langsung menindihnya dari
atas dan mengangkangkan kedua kaki Rukiah dengan kedua kakinya. Cepat dia
menusuk memek Rukiah.
”Ohhh…” Rukiah mendesah.
Tusukan Sabirin pada memek Rukiah semakin kuat dan buas.
Rukiah menandinginya, walau usianya sudah mendekati 40 tahun beberapa bulan
lagi, tapi dia juga tak mau melepaskan kenikmatan itu. Rukiah lebih buas lagi,
hingga dia cepat orgasme. Sabirin terus menggenjotnya dengan membabi buta, lalu
dia menyemprotkan spermanya beberapa kali di dalam memek Rukiah sampai Sabirin
jadi lunglai dan lemas. Rukiah tersenyum mengejek, walau sebenarnya dia sudah
orgasme. Karena Sabirin masih pemula, dia tidak mengetahui Rukiah sudah
orgasme.
“Kamu masih butuh latihan. Tapi kamu sudah mulai hebat.
Besok atau lusa kita ulangi sebagai latihanmu. Satu yang kamu harus pegang,
agar kamu menjaga rahasia ini dengan sebaik-baiknya,” kata Rukiah sembari
memakai celananya dan memerintahkan pada Sabirin untuk memberesi barang-barang.
Sabirin mengerjakannya. Dia sebenarnya puas sekali.
Mendengar dia harus latihan, dia sedikit tersinggung juga. Selesai mengerjakan
pekerjaannya, dia pulang ke rumahnya yang tak berapa jauh dari rumah Rukiah.
Pagi-pagi sekali, Sabirin sudah berada di garasi mobil rumah Rukiah. Dia mulai
mencuci mobil, setelah mengisi air radiator dan mengecek segalanya sesuai apa
yang diajarkan oleh Rukiah. Kain dagangan juga sudah dinaikkan ke dalam mobil
box untuk dibawa ke pasar. Hari ini mereka tidak akan pulang, karena pasar
malam baru dimulai pukul 15.00 dan akan ditutup pukul 22.00 WIB.
Sedang besoknya pagi-pagi sekali mereka akan berangkat ke
kecamatan lain dan buka di sana. Jadi malam ini mereka akan menginap di Hotel.
Namun mereka harus cepat sampai di kecamatan itu guna membooking hotel, baru
membuka pasar. Setelah sarapan, mereka pun pergi menuju kecamatan. Hampir dua
jam mereka dalam perjalanan hingga tiba di hotel melati yang bersih dan asri.
Rukiah sudah terbiasa menginap di sana, hingga kenal dengan semua karyawan
hotel.
Rukiah pun memperkenalkan Sabirin sebagai anak kakaknya yang
membantunya jualan. Sebuah kamar bersih, namun kisi-kisinya cukup bagus, dan
tiupan angin dari laut membuat kamar itu menjadi sejuk. Mereka memasuki kamar
dan segera meminta dua gelas kopi susu. Rukiah mandi sementara Sabirin
menyiapkan segalanya, untuk jualan. Rukiah sengaja keluar hanya dililit handuk
saja, hingga pangkal pahanya yang putih mulus dan pangkal teteknya terlihat
jelas.
Rukiah tahu kalau mata Sabirin meliriknya. Dia tenang saja,
mengambil pakaian dari tasnya, sebentar-sebentar membungkuk hingga bulu-bulu di
selangkangannya terlihat samar-samar. Sabirin seperti kesetanan. Dia berdiri
lalu menyergap Rukiah dengan buas. Rukiah pura-pura terkejut, padahal hatinya
sangat menginginkan itu.Cerpen Sex
“Duh, kamu kenapa, Sayang?” rayu Rukiah seperti terkejut.
“Aku ngaceng,” jawab Sabirin pendek.
Didorongnya Rukiah ke tempat tidur, lalu dilepasnya lilitan
handuk dari tubuh wanita itu. Secara terang-terangan, Sabirin melihat sekujur
tubuh Rukian dengan jelas. Liku-liku tubuh dan mulusnya tubuh yang putih itu,
dengan tetek yang besar dan pentilnya yang besar dan hitam pula. Aroma sabun
mandi masih semerbak wanginya, membuat nafsu Sabirin semakin menjadi-jadi.
Cepat dia lepas pakaiannya sampai bugil. Saat Sabirin mau menindih tubuhnya,
Rukiah menangkap kepala remaja itu dan diarahkannya kepala itu ke memeknya.
“Jilatin dulu memekku, Sayang. Kamu berani nggak?” tantang
Rukiah.
Sabirin yang terbiasa nonton bokep, langsung menjilatinya
dengan rakus. Rukiah juga mengarahkan tangan Sabitin untuk meremas-remas
teteknya, kemudian Rukiah mengelus-elus kepala Sabirin dengan lembut, seperti
rasa sayang seorang ibu pada anaknya. cerpensex.com Setelah sekian lama Sabirin
menjilati klitoris Rukiah, Rukiah pun menjemput orgasmenya. Ia menggapit kepala
pemuda itu kuat0kuat saat dari dalam memeknya keluar lendir hangat yang sangat
banyak, meleleh hingga membasahi paha dan bokongnya. Setelah mereda, segera
dituntunnya Sabirin untuk menindih tubuhnya. Dengan sabar ia bimbing kontol
Sabirin menuju ke lubang memeknya.
Memek yang basah itu langsung dimasuki oleh kontol Sabirin
begitu si pemuda mendorong pinggulnya, dan dengan cepat mereka saling bergelut,
memeluk dan saling jilat satu sama lain. Sabirin dengan buasnya menggenjot
tubuh Rukiah sampai badan keduanya dibanjiri oleh keringat. Suara keluar-masuk
kontol Sabirin pada memek Rukiah membuat keduanya semakin bersemangat.
“Duh, kamu harus lebih kuat lagi, Sayang. Harusss… harussss…
Lebih kuat lagi,” kata Rukiah pada Sabirin.
Sabirin semakin ganas dan buas. Dia terus menggenjot memek
Rukiah dengan ganas. Tak lama keduanya saling berpelukan dengan eratnya dan
keduanya terkulai setelah sperma Sabirin memenuhi ruang memek Rukiah. Saat itu
Rukiah tersenyum puas, sembari membayangkan ibu Sabirin yang dulu suka
menyindir-nyindirnya sebagai perempuan yang suka menggoda suaminya. Kini Rukiah
tidak hanya menggoda suami orang, tapi justru sedang bersetubuh dengan seorang
anak laki-laki ganteng dan masih muda, anak yang pernah meremehkannya. Seiring
perjalanan waktu, Rukiah semakin sukses.
Hartanya semakin banyak. Beberapa rumah di kompleks itu
sudah dia beli. Mobilnya juga sudah diganti, menjadi L-300 Pick Up, selain
mobil sedan pribadi tentunya. Dia dan Sabirin sudah berjalan hampir setahun.
Sabirin sudah bisa membawa mobil dan hutang orangtuanya pun sudah lunas. Namun
Sabirin tak mau meninggalkan pekerjaannya, karena selain dapat uang Rp.
25.000,- perhari, ia juga dapat makan, minum dan rokok, serta dapat seks juga
tentunya. Terutama Seks yang membuat Sabirin tak mau meninggalkan juragannya,
Rukiah. Kepadanya sudah diserahi tugas baru, yakni membawa sebuah mobil pick up
lain dan berjualan.
Tentu saja Rukiah menghitung berapa potong yang dibawa,
kemudian berapa laku, lalu dihitung untungnya. Untuk belanja, Rukiah selalu
sendiri, karena dia tetap merahasiakan berapa harga pengambilan barang dan
Sabirin hanya tahu menjual dengan harga tertentu. Sabirin juga senang, kalau
seharusnya dia menjual pakaian seharga Rp. 25.000,- tapi bisa dia jualkan Rp.
30.000,- atau Rp. 27.500,- maka keuntungan itu akan dia ambil sendiri. Untuk
itu, Sabirin yang diberikan kepercayaan, tidak mau meninggalkan Rukiah. Bu
Salmah sudah benar-benar bangkrut dan suaminya sudah pensiun dan mendapat
tekanan darah tinggi karena hutang-hutangnya yang membludak. Selama masih jadi
pejabat kecil, hidup mereka terlalu mewah.
Kini semuanya sudah berakhir. Tanpa malu-malu, Bu Salmah
mendatangi Rukiah, bercerita kalau anak bungsunya yang masih baru tiga bulan
masuk SMP, tak mau pindah ke kampung. Dengan cucuran air mata, ia memohon
bantuan Rukiah agar menjadikan Totok sebagai anak sendiri, walau hanya tamat
SMP saja. Dengan senyum, Rukiah menerimanya dan berjanji akan menyekolahkan
Totok sampai tamat. Kalau perilaku Totok baik dan penurut, mungkin akan
disekolahkan sampai SMA.
Bukan main senangnya hati Bu Salmah. Mereka pun pindah ke
kampung. Dalam penyerahan untuk diangkat jadi anak angkat, Bu salmah menasehati
Totok agar menurut apa kata Bulik Rukiah. Totok pun mengiyakan dan berjanji.
Sejal pagi itu, Totok pun tinggal bersama Rukiah. Kembali Rukiah mengenang apa
yang pernah dilakukan oleh Bu Salmah pada dirinya, sindiran, ejekan serta
hinaan yang pernah dia terima dari wanita itu. Haruskah Rukiah membalaskan
dendamnya pada Totok? Bukankah Totok masih kelas 1 SMP dan baru berusia 13
tahun? Setelah berpikir lama, Rukiah akhirnya mengambil keputusan, Totok akan
dia ajari ngeseks sebagai pelampiasan dendam lamanya terhadap Bu Salmah, biar
Bu Salmah tahu rasa bagaimana ejekan masa lalunya, ternyata kini berakibat
fatal.
Anak bungsunya akan digarap oleh Rukiah. Rukiah mengajak
Totok menemaninya untuk berenang. Totok dibelikan celana renang yang sesuai
dengan umurnya. Walau masih 13 tahun, Totok bertubuh tinggi, walau sedikit
kurus. Saat berenang, Rukiah melihat kalau Totok boleh juga. Dia harus
memperdaya bocah itu. Malamnya, ia ajak Totok menemani dirinya nonton film semi
BF. Rukiah sengaja tidak memakai bra dan selana dalam saat memakai daster
tipisnya. Totok disuruhnya memakai sarung dan kaos oblong saja, biar tidurnya enak
dan tubuhnya bebas. Katanya, saat tidur itulah terjadi pertumbuhan tubuh.
Mereka nonton mulai dari awal. Pada pertengahan, adegan demi adegan percintaan
mulai terjadi, Ada adegan cium-ciuman, raba-rabaan, termasuk adegan isap tetek
segala.
Saat itu, Rukiah melirik Totok yang gelisah dan
sebentar-sebentar memegang Anu-nya. Rukiah tersenyum. Segera dipeluknya Totok
yang duduk di sebelah kirinya. Dengan cepat ia masukkan tangannya ke dalam kain
sarung Totok.
“Wah, sotong-mu besar juga, Tok,” rayu Rukiah.
Totok malu dan tersipu, ia berusaha melepaskan tangan
Rukiah. Tapi dengan kasar Rukiah melepas kain sarung Totok, hingga tinggal
celana dalam saja yang dikenakan bocah kurus itu. Totok masih malu-malu juga.
Sekali sentak, celana dalam itupun juga sudah melorot ke bawah. Rukiah turun
dari sofa dan jongkok di lantai, ia langsung memasukkan kontol Totok ke dalam
mulutnya.
“Kamu diam aja. Jangan berisik,” Rukiah merayu, namun
setengah mengancam.
Rukiah tahu bagaimana memperlakukan laki-laki sesuai dengan
umurnya. Totok pun diam, menikmati kontolnya yang tengah dipermainkan Rukiah di
dalam mulutnya. Dan tak lama ia mengejang saat melepaskan spermanya di dalam
mulut Rukiah beberapa kali.
“Wah, kamu ternyata hebat juga.” kata Rukiah senang.
“Maafkan saya, Bulik. Saya…” Totok terbata.
“Udah, nggak perlu minta maaf. Kapan-kapan kita ulangi lagi,
sampai kamu merasa enak dan nyaman. Asal, kamu jangan cerita kepada siapapun
juga, termasuk kepada ibumu,” rayu Rukiah yang juga bernada setengah mengancam.
“Iya, Bulik. Saya janji,” kata Totok. Rukiah tersenyum.
“Sudah, untuk seterusnya, kamu tidur sama bulik saja.
Kecuali ada tamu, baru kamu tidur di kamarmu sendiri.” Totok pun mengangguk..
Malam itu mereka tidur dengan aman-aman saja. Sebelum tidur,
tentu saja Rukiah menelanjangi Totok dan dirinya, lalu mereka bersembunyi di
bawah selimut dengan AC yang disetel sepoi-sepoi sejuk. Begitulah, setiap malam
mereka tidur bersama. Jika libur, Totok ikut membantu Rukiah ke pasar untuk
berdagang. Selesai belajar, mereka nonton bareng dulu, kemudian mereka tidur.
Tugas rutin Totok adalah menetek, sampai Rukiah tertidur. Lama kelamaan netek
itu bukan tugas rutin lagi, malah Totok menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan.
Secara perlahan namun pasti, Rukiah terus membimbing Totok untuk belajar.
Belajar untuk sekolah, juga belajar ngeseks. Bagaimana cara menghisap tetek dan
mempermainkannya dengan baik.
Bagimana menjilati memek dengan baik serta mempermainkan
klitorisnya. Mumpung Totok masih kecil, Totok juga diajari bagaimana ngentot duburnya
dengan mengolesinya baby oil terlebih dahulu. Totok juga mengerti, kalau Rukiah
capek, dia langsung memijatnya. Totok pun senang karena dia setiap pagi dapat
jajan Rp. 5.000,- ke sekolah selain ongkos angkot. Totok juga sudah mengerti,
bila Rukiah menciumi dirinya dan menjilati lehernya, dia juga harus
meresponsnya. Sering pula, tengah malam, Totok horny. Dia akan menetek dan
menjilati memek Rukiah, kemudian setelah basah dan Rukiah lama-kelamaan
terbangun untuk memberikan respons, Totok langsung menindih tubuh Rukiah dan
mengentotnya dari atas.
Totok sudah mampu mengatur permainan, padahal dia baru tiga
bulan bersama Rukiah. Liburan semester, betapa senangnya perasaan Bu Salmah
melihat anaknya berpakaian bagus, tubuhnya bersih, raportnya juga bagus. Saat
datang menjenguknya, ia membawa oleh-oleh dari kampung hasil ladang suaminya
yang diperoleh dari hasil korupsi semasa jadi pejabat kecil. Ayah Totok tak
bisa ikut, karena penyakitnya semakin parah saja. Masa liburan itulah Totok
banyak membantu Rukiah jualan, dan Bu Salmah rela saja Totok tak pulang ke
kampung agar bisa membantu Rukiah jualan. Dendam membuat hidup Rukiah menjadi
semakin semangat. Semangat bekerja keras, semangat juga untuk ngesek. Baginya
ngesek adalah hiburan yang menyenangkan, nikmat dan indah. Selain itu,
nampaknya Rukiah juga mendapat kelainan jiwa. Dia hyperseks. Jika Totok dan
Sabirin mampu melayaninya, mungkin Rukiah akan meminta jatah masing-masing
empat kali sehari setiap orang.
Tapi Rukiah berusaha untuka menahannya, agar pada puncaknya,
dia bisa menikmati mereka dengan tenang. Buktinya, jika dia menginginkannya, di
atas mobil dia sudah bilang kepada Sabirin agar bersiap-siap. Begitu sampai di
garasi, Sabirin sudah tahu apa tugasnya. Biasanya, Rukiah langsung menungging
dan Sabiring langsung pula menusuk dari belakang memek Rukiah yang sudah basah
karena horny. Sedangkan Totok adalah kesayangan Rukiah, karena ukuran kontol
Totok sangat pas untuk duburnya. Bagaimana pula dengan kisah Bondan? Bondang
adalah adik laki-laki dari Bu Surti. Bu Surti dulu suka membagikan kabar burung
dari rumah ke rumah di kompleks itu. Ada saja kabar burung tentang Rukiah yang
disebarkannya. Setelah suaminya menceraikannya, karena dia kawin lagi, Bu Surti
mulai diam.
Jika berpapasan dengannya, Rukiah selalu tersenyum manis,
sebaliknya malah Surti yang malu. Jika melihat Rukiah datang dari arah
berlawanan, Surti selalu mengambil jalan pintas untuk menghindar. Sore itu,
nampaknya tak ada jalan lain. Ia harus mendatangi rumah Rukiah. Rukiah punya
rumah sewa di belakang rumahnya. Bondan, adik kandung Surti, mau menikah. Untuk
itu, dia harus punya rumah kontrakan. Setelah harga sesuai, Surti pun berterima
kasih. Besoknya, Bondan mulai membersihkan rumah dan melakukan pengecetan agar
rumah kelihatan kinclong. Rukiah datang memeriksa rumah yang sedang dicat.
Dengan gaya genitnya, ia mulai merayu. Rukiah menanyakan segalanya dan segera
mengetahui kalau usia Bondan baru 24 tahun.
Dengan malu-malu, Bondan mengatakan kalau belum pernah
gituan dengan gadis mana pun. Pernikahannya adalah hasil perjodohan dengan
family sendiri. Rukiah segera tidak tinggal diam. Dia terus merayu dan merayu,
sampai akhirnya Bondan mau diajak ke rumahnya untuk beristirahat. Begitu
memasuki pintu rumah, Rukiah mulai beraksi.
“Kamu harus belajar, agar nanti tidak kikuk menghadapi
istrimu,” kata Rukiah.
Ia ingat betul, saat dulu Bondan masih kecil, saat pemuda
itu masih SMP, ia pernah ikut juga mendiskreditkan dirinya. Inilah saat yang
tepat bagi Rukiah untuk membalas dendam. Dia mulai memancing Bondan dengan
duduk sembarangan. Diliriknya pemuda itu, tampak Bondan sudah gelisah. Rukiah
tersenyum, dalam hati ia bertekad, hari itu juga dia harus dapat menggarap
Bondan. Bondan yang tinginya berkisar 177 cm itu rasanya pas untuk memek
Rukiah.
“Kamu ngaku saja, kalau kamu sudah ngaceng,” kata Rukiah.
Bondan tertunduk malu sebagai jawabannya.
“Ya sudah, kalau kamu mau, aku bisa ajari kamu bagaimana
ngelakuin malam pertama,” kata Rukiah.
Lagi-lagi Bondan tertunduk. Saat itulah Rukiah mengambil
inisiatif, walau sebenarnya Bondan juga sudah horny. Didatanginya kursi Bondan
dan dipeluk tubuh pemuda itu dari belakang, lalu diciumnya pipi Bondan
bertubi-tubi.
“Tante, nanti ketahuan gimana?” tanya Bondan takut-takut.
“Kalau bukan kamu yang beritahu, mana mungkin ada yang
tahu,” kata Rukiah sembari membalik tubuh Bondan setelah dibimbingnya untuk
berdiri.
Mereka pun berhadap-hadapan. Rukiah menarik tali daster yang
terikat ringan di kedua bahunya, daster itu pun langsung melorot jatuh ke
lantai. Rukiah juga melepaskan Branya dan menyodorkan pentil teteknya ke mulut
Bondan, setelah terlebih dahulu tengkuk Bondan ditariknya mendekat sampai
pemuda itu membungkuk karena tubuhnya yang terlalu tinggi. Desah nafas Bondan
mulai tak beraturan. Dia menyedot-nyedot pentil tetek Rukiah dengan penuh
nafsu. Rukiah membalas dengan meraba kontol Bondan dan melorotkan celana dalam
serta celana bocah itu. Dalam waktu singkat, keduanya sudah telanjang bulat.
Rukiah pun jinjit agar tubuhnya bisa setidaknya menyamai
tubuh Bondan. Rukiah merasakan ada benda yang menggelitik-gelitik perutnya.
Kontol Bondan rupanya sudah keras betul, Rukiah berusaha menggoda agar Bondan
yang meminta untuk dimasukkan penisnya. Bukan permintaan yang terjadi. Bondan
ternyata gelap mata. Dengan kasar, dia mengangkat tubuh molek Rukiah ke atas
meja makan dan menelentangkannya, kemudian dikangkangkannya kedua paha wanita
itu, lalu ditusuknya memek Rukiah keras-keras. Memek yang sudah basah kuyup itu
dimasukinya dengan kasar. Rukiah merasakan kehangatan yang luar biasa dalam
rahimnya.
Perlakukan kasar Bondan justru membuat Rukiah sangat
menikmati. Tak pernah Sabirin apalagi Totok dan suaminya memperlakukannya
seperti ini. Setelah semua kontolnya tenggelam, dengan kuat Bondan mulai
mengocoknya dalam rahin Rukiah, membuat tubuh Rukiah bergoyang-goyang indah
karenanya. Bondan yang berdiri bebas di lantai, membuatnya semakin mudah untuk
menusuk-nusuk memek Rukiah. Rukiah merintih-rintih dan menikmati semua tusukan
kasar itu.
“Sayang… kamu hebat sekali. Puasin aku, Sayang…” Rukiah
seakan menghiba-hiba.
Bondan terus memompanya tanpa memberikan jawaban. Baginya
bekerja lebih baik daripada berbicara, dan menikmati lebih enak daripada
menusuk tanpa dinikmati.
“Kalau kamu bisa memuaskan aku, aku akan kurangi kontrak
rumahmu seperempatnya,” kata Rukiah.
Bondan pun semakin bersemangat. Dia terus menusuk memek
Rukiah semakin cepat dan cepat, kontolnya terus keluar-masuk di memek sempit
Rukiah sampai Rukiah menjepitkan kedua kakinya ke pinggang Bondan sembari
melepas cairan cinta dari dalam tubuhnya.
”Huuuuuuhhhhhh…!!” Rukiah menggumam nikmat.
Bondan terus saja memompanya tanpa henti, sepertinya tiada
rasa lelah bagi pemuda itu dan tiada rasa puas. Dari tubuhnya mengalir keringat
dan otot-otot tubuhnya kelihatan mengkilap. Dengan sebuah tekanan yang kuat,
Bondan pun melepaskan spermanya beberapa kali ke dalam lubang Rukiah yang
teramat dalam itu. Rukiah terdiam tak mampu mengucapkan apa-apa selain
menikmati saja. Bondan membiarkan kontolnya tetap berada dalam memek Rukiah,
walau pun spermanya mulai meleleh keluar dari celah memek itu. Setelah kontolnya
mengecil dan terlepas, Bondan cepat memakai kembali pakaiannya. Rukiah
tersenyum dan menyatakan,
”Kamu hanya harus membayar uang kontrakan dua per tiga dari
harga yang sudah ditetapkan, sebagai hadiah percintaan kita.” Bondan pun
tersenyum senang. Setelah pindah rumah, beberapa malam kemudian, ia mengirimkan
SMS kepada Rukiah. ”Memek tante lebih nikmat daripada memek istriku.” Rukiah
pun tersenyum puas, ’Kau tak akan puas dengan isterimu.
Aku akan memuaskanmu, bila kau juga memuaskanku,’ batin Rukiah.
Akhirnya, dalam seminggu, Bondan harus melayani Rukiah sebanyak tiga kali.
Mungkin saja jatah isterinya dua kali seminggu tak tepenuhi, karena tenaga
Bondan habis dikuras sebelumnya. Jika ada kesempatan, Rukiah langsung meng SMS
Bondan, dan secepat kilat Bondan datang, kemudian melayani Rukiah. Bondan
merasa beruntung karena mampu mendapatkan seks dari Rukiah, tapi sesungguhnya
dia tidak tahu kalau dia adalah kuda tunggangan bagi Rukiah. Terlebih Bondan
dan isterinya sudah punya hutang sebanyak tiga juta yang harus dibayar cicil
tanpa bunga. Bunganya, Bondan cukup memuaskan nafsu Rukiah, sebagai mana yang
diinginkan oleh janda cantik itu.
Kejadian itu terus berlangsung hingga muncullah Sularto,
demikian nama kakek itu. Umurnya sudah 69 tahun. Walau sudah tua, tubuhnya
masih kelihatan berotot. Sularto adalah ayah dari Bu Ningsih yang mulutnya
mirip burung betet. Masih pagi sekali sudah nyindir. Siang nyindir, sore
nyindir, malam juga nyindir. Mau sholat nyindir, usai sholat juga nyindir.
Pokoknya jantung Rukiah terpacu terus karenanya. Tak ada perempuan yang mampu
melawan Bu Ningsih bila bertengkar. Mungkin memeknya lebih lebar dari mulutnya,
membuat dia bisa merepet-repet terus menerus. Pet-pet-pet… Suaminya tertangkap
menjual narkoba dan pengadilan menghukumnya 7 tahun penjara.
Sebelumnya dia yakin sekali, petugas bisa disuap, hinga dia
menjual semua hartanya. Setelah semua harta terjual kecuali rumah, masih juga
dia dihukum 7 tahun penjara. Ningsih pun merepet-repet, Udah dikasih uang,
tetep aja dijatuhi hukuman berat. Dasar negara ini sudah tidak beres. Dasar
koruptor, dasar setan, dasar iblis dan sejuta makian lainnya. Baginya pengedar
dan bandar narkoba itu mungkin sama dengan malaikat, hingga dia bisa
memaki-maki orang lain.
“Bu Rukiah, katanya Ibu mau mengecat rumah ya?” tanya Bu
Ningsih suatu hari.
“Kenapa Bu?” balas Rukiah.
“Kalau memang mau ngecat rumah, biar bapak aku aja yang
ngecet. Dia ahli mengecet rumah lho, Bu.”
“Kalau harganya cocok, ok lah…” kata Rukiah.
Mulailah mulut jeber Ningsih bermain.
“Ooaalah bu, bu… Sama tetangga aja kok sombong. Baru minta
kerjaan ngecat aja kok sombong sekali?”
“Kalau begitu, silahkan cari objekan lain. Cat aja rumah
orang lain,” kata Rukiah lembut namun tajam di balik senyumnya.
“Bukan begitu, Bu… kan lebih baik dikasih aja sama
tetangga.” kata Bu Ningsih.
“Tergantung bagaimana negosiasinya,” kata Rukiah.
“Gak usah nege-negeoan lah, Bu. Boleh gak?” nada suara
Ningsih meninggi.
“Kalau tidak mau memang kenapa?” kata Rukiah tak kalah
sengit.
“Bukan begitu, bu… Boleh dong? Iya ya?” Ningsih melembut.
“Kalau harganya cocok, kenapa tidak? Itu pun harus bagus,
kalau tidak, aku pasti komplein,” kata Rukiah.
“Alaaahh… sombong banget sih.”
“Kalau sombong kenapa? Apa gak boleh aku sombong?” Rukiah
mulai marah.
“Ya sudah, bicara saja sama bapakku,” Ningsih mengalah.
Pertemuan itu akhirnya menyepakati harga dan Totok diminta
membeli cat sesuai ukuran dan warna. Sularto pun mulai membuat tangga-tangga.
Yang dicet lebih dulu bagian atas. Sebagai duda, Sularto kelihatannya masih
kuat lahir batin. Rukiah tersenyum. Dia akan buat kontol bapak Ningsih itu
merepet di dalam memeknya. Mereka naik ke lantai atas dan Ningsih ingin masuk
ke dalam rumah Rukiah.
“Maaf bu, ini rumah saya. Ibu gak boleh sembarangan masuk.
Ibu di luar saja,” kata Rukiah ketus sambil menatap tajam Ningsih.
“Alaaahh… baru rumah begini aja,” kata Ningsih sambil
membalikkan tubuhnya dan pergi.
“Besok belilah rumah yang lebih besar dari rumah ini,” kata
Rukiah tak kalah tajamnya.
Setelah mengunci pintu gerbang, Rukiah mengganti pakaiannya
dengan daster mini tanpa bra dan celana dalam. Hari ini juga dia harus
menuntaskan Sularto, atau tidak untuk selamanya. Dendamnya pada Ningsih harus
terlampiaskan. Saat menaiki tangga ke lantai atas, Rukiah sengaja seperti
melompat-lompat agar dasternya yang mengembang itu terangkat-angkat, dan
pantatnya yang mulus bisa dilihat oleh Sularto. Benar saja, jakun Sularto naik
turun dan Rukiah melihatnya. Begitu sampai di lantai atas, Rukiah langsung
menggenggam burung Sularto dari balik celananya.
“Sudah lama puasa, pasti sedang mau-maunya ini!” kata Rukiah
genit.
Sularto terkejut juga diperlakukan demikian, namun dia tidak
bisa menolak saat Rukiah menekan tubuhnya ke dinding dan menurunkan celananya
dengan cepat hingga burung hitam legamnya yang sudah mulai ngaceng langsung
terlompat keluar. Rukiah segera mengulumnya sampai menjadi keras. Setelah
keras, semua celana Sularto ia lepas.
DAN IKUTI JUGA PASARAN KAMI DI - ECUADOR
“Hayo, Pak, masukin kontolmu ke memekku. Pasti kontolmu
merasa puas,” kata Rukiah dengan kasar tanpa tedeng aling-aling.
Ditariknya tubuh Sularto sambil Rukian menelentangkan diri
di lantai. Sularto yang sudah lama tidak ngentot, seperti kerbau dicucuk
hidungnya, langsung menindih tubuh mulus janda cantik itu. Rukiah segera
menuntun kontol Sularto agar cepat masuk ke dalam lubang memeknya. Terhenyak
juga Rukiah menghadapi kontol besar yang berurat itu.
“Kalau kamu bisa memuaskan nafsuku, upahmu akan aku
tambahi,” katanya.
Mengangguk mengerti, Sularto segera memompa memek basah
Rukiah dengan penuh nafsu. Dia berupaya agar Rukiah bisa puas. Pompaan demi
pompaan Sularto diimbangi oleh Rukiah dengan goyangan erotis dari bawah.
Rintihannya membuat Sularto semakin bernafsu, sementara desah nafas Sularto membuat
Rukian semakin bersemangat. Mereka terus menerus saling goyang dan saling hisap
sampai akhirnya terjadi lelehan lendir dan tembakan sperma di alat kelamin
keduanya.
Baik Rukiah maupun Sularto benar-benar merasa puas. Sejak
saat itu, selama dua minggu Sularto bekerja di rumahnya, pagi-pagi sekali,
sebelum jualan, Rukiah minta dientot lebih dulu oleh Sularto, baru kemudian dia
bekerja. Setelah dientot, Rukiah keluar dan mengunci gerbang agar Ningsih tak
bisa masuk. Dia dendam sekali pada wanita itu. Pada saat ngentot dengan
Sularto, dendamnya kepada Ningsih membuat Rukiah semangat untuk ngentot dan
dientot.
“Kenapa sih aku tak bisa masuk ke rumah Bu Rukiah, aku kan
hanya pengen melihat bapakku bekerja,” kata Ningsih memprotes saat mereka
bertemu.
“Rahasia dong…” balas Rukiah dengan genitnya.
“Bapakku itu orang alim tahu. Tak mungkin siapa pun bisa
menggodanya!” kata Ningsih membanggakan bapaknya.
“Oh yaa?” kata Rukiah mengedipkan matanya.
“Alim ulama, kalee…” tambah Rukiah genit pula.
Dia pun masuk ke dalam mobilnya dan duduk di sebelah
Sabirin. Dalam mobil, dia mulai ngomong yang dibuat-buat.
”Dasar perempuan tolol. Mana mungkin aku mau menggoda
bapaknya yang tua bangka bau tanah itu. Ningsih itu tidak tahu, kalau aku punya
pacar yang namanya Sabirin, iya kan sayang?” kata Rukian pada Sabirin, genit.
Sabirin pun tersenyum. Mereka melaju meninggalkan rumah
menuju pasar tempat jualan. Baru saja mereka sampai ke pasar, mereka dapat
kabar kalau Pak Sularto jatuh dari atas rumah dan kepalanya pecah, lalu
meninggal dunia. Dalam percakapan antara Sabirin dengan tetangga yang
menyaksikan peristiwa itu, katanya Sularto itu keletihan, tapi dipaksakan terus
memanjat, akhirnya jatuh dan mati. Rukiah terkejut mendengar berita itu. Tapi
dibaliknya dia tersenyum, karena tadi pagi dia memaksa Sularto mengentotnya dua
kali.
Mungkin itu yang membuat Sularto jadi keletiha. Hari itu,
mereka tak jadi membuka dagangan. Mereka langsung pulang untuk menghadiri
pemakaman Sularto. Semua orang memuji Rukiah karena Rukiah mau menanggung semua
biayanya. Sebaliknya orang menyalahkan Ningsih yang memaksa Bapaknya cari
makan, padahal sudah tua. Rukiah hanya tersenyum saja dan pulang ke rumahnya.
Di rumah, dia sudah disambut oleh Totok dan malamnya mereka tidur pulas berdua
sehabis ngentot tiga kali....
MARI BERGABUNG BERSAMA KAMI DI MTO DENGAN BERBAGAI PROMO -PROMO YANG BERVARIASI DAN DISCOUNT YANG TAK TERDUGA
*PROMO PRIZE 2 DAN PRIZE 3 UNTUK TARUHAN 4D YANG BERLAKU PADA 6 PASARAN KAMI:
*DENGAN 2D TERBALIK YANG KELUAR DI PRIZE 1
*NIKMATI DISCOUNT TERBARU == DEPOSIT DI BAWAH ==(RP: 1.000.000@4D.64% 3D.57% 2D .28%)
*DISCOUNT TERBARU==DEPOSITE DI ATAS == (RP : 1.000.000 @ 4D.65% 3D.58% 2D.29%)
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGUNJUNGI WEBSITE KAMI DI WWW.BERMAINTOGEL.COM
0 komentar:
Posting Komentar